SAJAKKU UNTUK DESA
Semerbak bau pagi didesa
Membungkam mulut-mulut congak
Mengasah rasa
Lalu-lalang petani mengusik kabut
Alang-alang yang tumbuh asik menjadi semak
Bintik embun yang masih membalut muka rerumputan
Mentari yang tak mau kalah memoles dengan kibasan cahaya ufuk
Dipagi ini aku bersaksi
Tentang keindahan lukisan yang begitu serasi di setiap sudut
Sebuah lukisan abstrak
Yang terlihat samar tak begitu jelas berbentuk
Seolah hanya coratan-coretan tak bernilai
Namun pintanya
Keindahan warna yang masih disebut sebagaimana namanya
Putih tetaplah putih
Hitam tetaplah hitam
Kuning tetaplah kuning
Hijau tetaplah hijau
Biru tetaplah biru
Kerna setiap warna fitrahnya sudahlah begitu indah
Tak harus berbentuk gunung, lautan, rumah, gedung-gedung dan lain-lain yang nampak jelas berbentuk dan megah
Barulah aku mengerti
Disinilah aku melihat, dengan rasa
Sebuah coretan-coretan sorga, karya Tuhan
Sang seniman sejati
Namun kalah laris dengan seniman-seniman salon
Dengan lukisan-lukisan kota.
Rabu, 20 Januari 2016
SAJAKKU UNTUK DESA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar